Wednesday, February 26, 2014

Ensure what you read.

Saya mempunyai teman dekat. Dia sangat baik kepada saya, tapi ada satu hal yang saya tidak suka kepada dia. Pola pikirnya tentang kesuksesan dan segala hal.

Dia sering datang berkunjung ke tempat saya untuk sekedar main pees, atau mengobrol tentang hal lucu, tapi saat itu untuk pertama kalinya dia berkomentar tentang buku2 yang saya baca, waktu itu buku2 itu berserakan di tempat tidur saya.

"Kamu kok bacain yang beginian?" (sambil nunjukin salah satu buku saya, "Why Samsung")
"Kamu kayaknya udah gila ya?, hahaha"

Saya tidak menjawab apapun, di tahap ini saya tidak bisa berkata apapun. Tapi dengan berat hati, saya mencoba menjawab sambil becanda, "Kamu kali yang gila, engga pernah baca buku sesuai interest kamu, bahkan engga pernah tau arah hidup kamu."

Kemudian dia pun bales berkomentar yang pada intinya bilang, kalau orang-orang besar itu sebenernya secara sembunyi2 mempelajari atau bahkan menyalin ulang alquran dan hadist. Di tahap ini, saya sudah pasrah. Kenapa masih ada orang seperti? yang belum bisa memisahkan konteks dengan tepat.

Basically, i want to persuade people i was being close with, to get success together, tapi tetap saja semua tergantung dari pribadi.

So, lets take a look.
Orang ini mengira, saya sudah gila karena saya sangat terobsesi dengan apa yang ingin saya capai (entrepreneurship), diliat dengan banyaknya buku yang saya baca.

Saya selalu memegang perkataan dari salah satu orang yang saya kagumi, dia berpesan: if you want to get success, you have to know what you are passion for. Ini prinsip dasarnya, apapun yang kita lakukan selama pekerjaan itu membuat kita menikmati, bergairah, dan paling tidak menghasilkan, maka kita sudah dekat dengan kesuksesan. Saya punya pendapat tentang kesuksesan, bisa diartikan saat kita mencapai apa yang kita inginkan dalam hidup. Dan beliau juga berpandangan, orang sukses atau berpotensi sukses bisa diliat dari buku atau konten yang ia baca setiap hari. So, it's clear, terobsesi menjadi sesuatu tidak dilarang kok, selama itu baik terhadap kita, dan engga merugikan orang lain.

Orang ini mengira, kenapa saya harus mempelajari semua itu, kalo saya bisa menemukannya di alquran dan hadist (ceritanya dia seorang alim)

Oke, saya percaya dia seorang yang alim dalam beragama, tapi dia kehilangan poin kunci dari ajaran agama itu sendiri, yang menurut saya sangat fatal. Ini bukan masalah darimana kamu mendapat ilmu, tapi lebih bagaimana kamu melakukan penggalian ilmu. Jadi, kenapa saya harus memilih salah satu, kalau saya bisa mempelajari semuanya?

0 Comments:

Post a Comment